Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blora, Jawa Tengah pada awal tahun 2023 tercatat 43 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, Edy Widayat melalui Sub-Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P3M), Sutik, mengatakan bahwa perkembangan kasus DBD tidak bisa ditebak.
Ia menjelaskan tentang jumlah kasus DBD di Kabupaten Blora dari bulan Januari – Februari 2023 terdapat empat kasus meninggal dunia dari 43 kasus.
“Jadi di Blora untuk kasus DBD sebetulnya yang asli DBD itu cuma sedikit, tapi yang paling banyak itu yang demam denguenya,” terang Sutik.
Lebih lanjut, Sutik menerangkan bahwa di rumah sakit terdapat tanda dan gejala yang sudah mengarah, namun belum tentu DBD. Sedangkan DBD yang sudah memenuhi kriteria tersebut kurang lebih empat puluhan kasus.
Menurutnya salah satu penyebab kasus DBD di Kabupaten Blora pada tahun ini karena faktor cuaca, dimana dalam satu hari bisa terjadi panas terik dan juga turun hujan, sehingga sangat mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti.
Dirinya juga tak menampik jika di tahun 2022 lalu, kasus DBD dari bulan Januari hingga Desember melonjak tinggi.
“Kalau di tahun 2022 kita jumlahnya kasusnya cukup tinggi, jumlah terakhir di Desember kemarin itu ada 594 kasus DBD yang menyebar di sebagian wilayah Kabupaten Blora,” terangnya.
Lebih lanjut, Sutik mengungkapkan bahwa sebagai bentuk pencegahan dan pengendalian penyebaran DBD di wilayah Kabupeten Blora. Dinkes telah menginstruksikan kepada Puskesmas untuk melakukan pemberantasan seperti melakukan fogging atau pengasapan, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan sejumlah langkah lainnya.
“Puskesmas telah melakukan pengendalian dan pencegahan dengan melakukan fogging apabila dalam suatu wilayah sudah ada yang terjangkit DBD. Selanjutnya mengajak masyarakat melakukan PSN dengan cara bergotong royong di sekitaran pemukiman masyarakat, sehingga bersih dan tidak ada lagi sarang nyamuk,” jelasnya.
Terkait masalah DBD ini, pihaknya juga meminta kepada masyarakat untuk terus melakukan pengendalian dan pencegahan dengan menerapkan 3 M yakni menguras, menutup dan memanfaatkan barang daur ulang.
Selain itu, pihaknya juga mengajak masyarakat untuk menggalakkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan ikut menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah, sehingga jentik nyamuk aedes aegypti penyebab DBD tidak dapat membesar dan menjadi nyamuk yang membahayakan.
Sutik menambahkan, jika masyarakat mengalami panas tinggi, segera kontrol kepada tenaga kesehatan (nakes) di tempat pelayanan kesehatan terdekat. Jika ada kejadian DBD harus segera melaporkan kepada petugas, sehingga bisa dilakukan penanggulangan.
“Dipastikan laporan masyarakat akan ditindaklanjuti, misalnya dengan melakukan fogging. Jaga kesehatan diri masing-masing, periksa ke dokter. Jika benar DBD, laporkan ke puskesmas maupun dinkes,” jelasnya kembali.
Terakhir, ia berharap kepada masyarakat agar selalu waspada, terutama bagi yang memiliki anggota keluarga balita maupun anak.
“Jadi saya mengingatkan kepada masyarakat tolong digalakan kembali PSN, bisa dimulai dari RT, RW, dan desa. Seminggu sekali atau dua hari sekali menguras tempat-tempat penampungan air dan juga membersihkan lingkungannya. Itu paling efektif untuk mencegah jentik berkembang dan terutama penularan nyamuk,” tutupnya.